Bullying di Sekolah Makin Mencemaskan, Guru dan Orang Tua Diminta Waspada!
Dinas Perhubungan Klaten merayakan Hari Guru Nasional 25 November 2025 dengan apresiasi mendalam. Tekankan pentingnya perhatian terhadap kasus kekerasan dan bullying pada siswa di Kabupaten Klaten yang terus meningkat. Data menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya, mendorong guru dan orang tua untuk berperan aktif dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan di sekolah.
Fenomena bullying dan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah bukan lagi masalah kecil yang bisa diabaikan. Di Kabupaten Klaten, situasi ini menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak, terutama guru, orang tua, dan masyarakat.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DISSOSP3APPKB) Kabupaten Klaten, hingga bulan Agustus 2025 telah tercatat berbagai bentuk kekerasan terhadap anak mulai dari fisik, psikis, seksual, penelantaran, hingga bullying. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pada tahun 2022 ada 18 kasus anak usia 0-18 tahun yang menjadi korban kekerasan di Kabupaten Klaten. Meskipun jumlah ini tampak menurun, namun masih banyak kasus yang tidak dilaporkan atau terdeteksi.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Puspo Enggar Hastuti menyatakan bahwa hingga April 2025 saja sudah ada 27 kasus kekerasan yang ditangani, dengan rincian 15 kasus melibatkan anak-anak dan 12 kasus melibatkan dewasa. Angka ini menunjukkan bahwa anak-anak masih menjadi kelompok rentan dalam kasus kekerasan di Kabupaten Klaten.
Dalam konteks kekerasan di sekolah khususnya, bullying telah menjadi salah satu perilaku yang paling sering dialami oleh pelajar. Sebuah studi yang dilakukan di salah satu sekolah di Klaten menemukan bahwa hampir 96 persen siswa pernah mengalami bullying dalam berbagai bentuk. Data ini mencerminkan betapa serius masalah bullying di lingkungan pendidikan Klaten.
Bentuk bullying yang terjadi sangat beragam. Mulai dari bullying fisik seperti pemukulan dan penganiayaan, bullying verbal seperti ejekan dan penghinaan, hingga bullying psikis yang meninggalkan luka batin pada korban. Salah satu kasus yang mencuri perhatian adalah insiden kekerasan yang melibatkan remaja SMP di Wedi, Klaten pada Mei 2025 lalu, yang berakhir tragis dengan meninggalnya korban akibat penganiayaan oleh teman sekolahnya.
Mengapa Bullying Terus Terjadi?
Para ahli dan praktisi pendidikan mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi akar penyebab bullying di kalangan pelajar. Faktor internal seperti kepribadian yang agresif atau cenderung malu (introvert) dapat memicu perilaku bullying. Sementara itu, faktor eksternal seperti budaya seniority yang kuat, pengaruh lingkungan pergaulan yang buruk, serta riwayat kekerasan dalam keluarga juga turut berkontribusi.
Yang lebih memprihatinkan, di era digital ini bullying tidak hanya terjadi di sekolah. Cyberbullying melalui media sosial juga menjadi ancaman baru yang sulit dipantau oleh orang tua dan guru. Anak-anak yang seharusnya menikmati masa pertumbuhan justru harus berhadapan dengan berbagai bentuk tekanan dan kekerasan dari teman sebaya mereka.
Peran Guru dalam Mencegah Bullying
Guru memiliki posisi strategis dalam mencegah dan mengatasi bullying di sekolah. Sebagai pendidik, guru tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi akademik, tetapi juga harus menjadi garda depan dalam melindungi siswa dari kekerasan.
Guru yang baik harus memiliki tiga pilar utama yang relevan dalam konteks pencegahan bullying yaitu integritas, kedisiplinan, dan kreativitas. Integritas berarti guru harus menjadi teladan dalam bersikap adil kepada semua siswa tanpa memandang latar belakang. Guru harus konsisten dalam menerapkan aturan dan memberikan perlakukan yang sama rata kepada setiap siswa, sehingga tidak ada yang merasa terdiskriminasi atau terasing.
Kedisiplinan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif. Guru yang disiplin akan konsisten menerapkan tata tertib sekolah, mengawasi siswa dengan baik, dan tidak membiarkan tindakan bullying terjadi di depan mata. Pengawasan yang ketat di berbagai lokasi sekolah, termasuk di dalam kelas, halaman, kantin, dan kamar mandi adalah langkah penting untuk mencegah bullying.
Kreativitas adalah alat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan inklusif. Guru harus mampu menciptakan metode pembelajaran yang membuat semua siswa merasa diterima dan dihargai, tidak ada yang merasa tertinggal atau menjadi bahan olok-olokan. Ketika siswa merasa nyaman dan dihargai di kelas, kemungkinan mereka melakukan bullying akan berkurang signifikan.
Selain itu, guru harus sensitif terhadap tanda-tanda bullying pada siswa. Perubahan perilaku siswa yang tiba-tiba seperti menjadi pendiam, takut ke sekolah, prestasi akademik turun drastis, atau terlihat selalu sedih adalah sinyal bahwa siswa tersebut mungkin menjadi korban bullying. Guru perlu mengambil inisiatif untuk berbicara dengan siswa dan melaporkan ke pihak sekolah untuk ditindaklanjuti.
Peran Orang Tua dalam Perlindungan Anak
Sementara guru memiliki tanggung jawab di sekolah, orang tua memiliki peran yang tidak kalah penting di rumah. Pertama, orang tua harus membangun komunikasi yang terbuka dan hangat dengan anak. Anak-anak yang merasa dekat dengan orang tua mereka akan lebih mudah menceritakan masalah yang dihadapi, termasuk masalah bullying baik sebagai korban maupun pelaku.
Kedua, orang tua harus mengajarkan nilai-nilai anti kekerasan dan empati sejak dini. Anak yang tumbuh dengan memahami pentingnya saling menghormati akan lebih kecil kemungkinannya menjadi pelaku bullying. Di sisi lain, anak yang diajarkan untuk menghargai diri sendiri akan lebih percaya diri dan tidak mudah menjadi korban bullying.
Ketiga, orang tua perlu memantau aktivitas anak di sekolah dan di media sosial. Orang tua harus mengetahui teman-teman anak, aktivitas yang dilakukan, dan mengamati perubahan perilaku anak. Jika ada tanda-tanda anak menjadi korban bullying, orang tua harus segera mengambil tindakan dengan berkomunikasi dengan sekolah.
Keempat, orang tua harus menjadi model yang baik dalam menerapkan disiplin tanpa kekerasan. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang pernah mengalami kekerasan di rumah cenderung melakukan bullying di sekolah. Oleh karena itu, orang tua harus menerapkan metode pendisiplinan yang edukatif dan tidak keras.
Komitmen Bersama untuk Klaten
Pemerintah Kabupaten Klaten melalui berbagai lembaga telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi kekerasan terhadap anak. Program sosialisasi anti-bullying terus digelar di berbagai sekolah dengan melibatkan Polres Klaten, Lembaga Perlindungan Anak, dan berbagai organisasi masyarakat. Pelatihan peer education atau edukasi sejawat juga terbukti efektif dalam mengurangi kasus bullying di sekolah.
Namun, semua upaya ini akan berhasil maksimal jika ada sinergi yang solid antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat. Setiap pihak harus memahami bahwa perlindungan anak dari kekerasan dan bullying adalah tanggung jawab bersama yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Masa Depan yang Lebih Aman
Klaten memiliki potensi untuk menjadi daerah yang aman dan ramah bagi perkembangan anak. Dengan komitmen dari guru untuk menciptakan kelas yang inklusif, orang tua yang peduli dan komunikatif, serta masyarakat yang peka terhadap masalah bullying, kita bisa menciptakan lingkungan di mana setiap anak bisa belajar dan bermain dengan nyaman tanpa takut.
Setiap guru yang konsisten menerapkan integritas, kedisiplinan, dan kreativitas adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik. Setiap orang tua yang memberikan kasih sayang dan pedoman yang tepat adalah pelindung sejati bagi anaknya. Dan setiap masyarakat yang peduli adalah garda terakhir untuk melindungi generasi penerus bangsa.
Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih kepada para guru. Ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan bagaimana kita bisa bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari bullying dan kekerasan. Mari kita dukung guru-guru Klaten untuk terus berinovasi, tetap konsisten dalam mendisiplin siswa dengan penuh kasih sayang, dan ciptakan ruang belajar yang aman untuk semua.
--
(ace/dishubklt)
What's Your Reaction?




